Semua Akan Resign Pada Waktunya!

Bagikan:

Ada saat di mana dulu saya menjadi karyawan sebelum akhirnya memutuskan untuk berwirausaha saja dengan menjadi digitalpreneur. Galau gak, ya? Bingung gak, ya? Iya, tenang aja. Semua akan resign pada waktunya!

Resign sebagai Bentuk Penemuan Jati Diri

Akan datang kondisi di mana lingkungan kerja sudah terlalu jenuh dan membuat tidak nyaman hingga akhirnya mempengaruhi kesehatan mental. Jika sudah demikian, ada baiknya bilang pada diri sendiri, “Resign bagiku penting!”.

Tak semua orang berani mengambil keputusan resign apalagi di awal-awal mendapatkan pekerjaan dan mulai meniti karir. Banyak sekali faktor yang menyebabkan hal itu terjadi terutama kebutuhan hidup.

“Jika aku resign, besok motorku ngisi bensin pakai uang dari mana? Gak bisa ngajak doi malmingan juga.”

Mungkin kalimat fakta yang memang terlintas. Kemudian biasanya diikuti penguatan diri seperti ini:

“Tapi kalau sistemnya seperti ini ya nelangsa sendiri. Toh aku bisa ini, itu, dan banyak sekali (sambil nyanyi lagu doraemon) dan seharusnya memang aku bisa dapat lebih.”

Dari situlah pergolakan batin akan terjadi. Pertentangan dan penemuan jati diri yang sebenarnya justru bermula dari keberanian mengambil keputusan genting termasuk resign seperti ini.

Jika memang terjadi kondisi demikian, jangan memutuskan terlalu cepat apalagi dengan amarah. Hilangkan semua amarah termasuk rasa marah pada siapapun. Kemudian merenunglah. Sebagai muslim, dulu saya mengambil shalat malam dan berdoa pada Allah agar diberikan petunjuk yang terbaik.

Kondisi Butuh untuk Resign

Kita akan bahas dulu tentang mengapa resign menjadi kebutuhan, bukan lagi keterpaksaan. Jika kalian ingin resign karena keterpaksaan, artinya kalian belum siap menghadapi keputusan hidup ke depan setelah resign.

Yang perlu diingat, masa setelah adalah masa yang berat. Jadi, jangan sampai resign karena keterpaksaan tapi resign-lah karena kebutuhan kalian. Catet, yes!

Kebutuhan ini bisa kalian lihat jika sudah pada tahap-tahap berikut. Tahap-tahap ini saling terkait. So, pastikan tidak ada yang kalian lewatkan sebelum memutuskan untuk resign.

1. Lingkungan kerja yang sudah sangat tidak mendukung untuk berkembang

Jika kalian memang bisa ini, itu, banyak sekali dan masih ingin berkembang, hal tersebut adalah kebutuhan manusiawi. Bukan berarti menunjukkan kesombongan ya, tapi ini adalah faktor di mana sebagai makhluk hidup pasti ada rasa untuk ingin berkembang dan menjadi lebih baik lagi apalagi ada keinginan untuk terus belajar.

Itulah alasan kenapa harus ada sistem promosi dalam sebuah perusahaan. Ketika melihat karyawan yang potensial, seorang pemimpin yang baik harusnya memberikan promosi agar karyawan tersebut bisa berkembang lebih jauh lagi dalam memberikan kontribusi untuk perusahaan. Dalam hal ini, promosi biasanya berkaitan juga dengan fee/salary yang memang menjadi kebutuhan.

Jika semua pekerjaan dapat kalian selesaikan dengan mudah dan sudah tidak memiliki tantangan, pemimpin juga tidak memiliki kepekaan untuk menawarkan promosi lebih tinggi, dan saat mencoba untuk mengajukan promosi diri sendiri tapi tidak diterima, itulah saat yang tepat untuk mengajukan resign karena kebutuhan.

Namun sebaliknya, jika kalian tidak bisa ini, itu, banyak sekali apalagi tidak ada rasa ingin terus belajar, resign justru akan menjadi keterpaksaan dan membuat kalian mengalami hal-hal yang cukup berat jika tidak memiliki ancang-ancang yang matang.

Yang perlu menjadi catatan adalah walaupun kalian butuh untuk berkembang, jangan paksakan diri untuk menerima beban yang berlebihan seperti tiap hari harus bertemu deadline yang tak kunjung habis misalnya. Termasuk jika diberi pasrahan kerjaan yang seharusnya bukan bagian kalian tetapi malah kalian yang selalu mengerjakan. Sesekali membantu memang baik, tapi kalau membantu terus-menerus itu adalah kebodohan.

2. Lingkungan kerja yang sudah sangat tidak nyaman

Sebagian besar biasanya resign karena hal ini, bukan karena hal pertama tadi. Wajar ya karena ini perspektif. Kalian bisa membolak-balik urutannya. Namun, pada akhirnya semua ini akan saling berkaitan.

Kenyamanan lingkungan kerja bisa dilihat dari kepemimpinannya hingga ekosistem orang-orang di dalamnya. Banyak orang bilang ada istilah bos dan leader. Pemimpin yang baik adalah yang menjadi leader, sedangkan yang buruk adalah yang menjadi bos. Hal ini memang benar dan nyata.

Dalam gambar sederhana, perbedaan bos dan leader bisa kalian lihat pada beberapa gambar di slide berikut.

Saya harap kalian sudah mendapatkan gambaran yang cukup ya tentang perbedaan pemimpin yang bos dan pemimpin yang leader dari gambar di atas 😁

Selain itu, kenyamanan lingkungan kerja juga biasanya hadir dari rekan-rekan kerja yang ada di sekeliling kita. Sudah pernah dengar kan kata toxic dan sejenisnya? Yes, dan itu sangat tidak bagus terhadap kesehatan mental.

Termasuk jika kalian menemukan rekan kerja yang jika dalam kerja kelompok masih sama seperti dulu saat sekolah di mana hanya satu yang kerja (misal kalian saja) sementara yang lain numpang, itu tandanya rekan kerja kalian sudah tidak bisa diajak kerjasama dan akan sangat tidak nyaman lagi ke depannya.

Selain itu, ada istilah work life balance yang mempengaruhi kenyamanan dalam bekerja. Ini adalah istilah untuk menunjukkan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan. Salah satu contohnya adalah pernah gak kalian mengalami hari libur masih ditelpon bos untuk ngerjain ini itu? Padahal, hari libur loh. Ini adalah salah satu ketidakseimbangan antara kehidupan dan pekerjaan.

Hari libur adalah saat kalian menikmati hidup dengan bersantai ria bersama keluarga dan jangan biarkan urusan pekerjaan mengganggu. Pemimpin yang leader harusnya tahu ini, beda halnya dengan pemimpin yang bos.

3. Sudah mendapatkan calon pekerjaan yang lebih baik

Ini juga bagian dari tahap penting yang harus diperhatikan sebelum memutuskan untuk resign. Dapatkan tempat kerja baru terlebih dahulu yang pastinya lebih baik dari sebelumnya. Selain terkait dengan kebutuhan hidup yang terus berjalan, kalian juga harus memastikan untuk bisa terus survive di bumi ini.

Banyak yang memutuskan resign tanpa mikir panjang akan kerja apa kemudian dan bahkan tidak memiliki skill yang memadai untuk melamar pekerjaan baru. Ini adalah kesalahan fatal yang tidak boleh kalian temui.

Jika memang sudah tidak ingin melamar kerja alias tidak ingin menjadi karyawan, bukalah usaha sendiri dengan kemampuan yang cukup termasuk dari segi hard skill, soft skill, dan keuangan sebagai modalnya.

4. Sudah memiliki tabungan sementara

Hal ini penting sebagai pendukung dasar di mana kalian akan memerlukan keuangan yang cukup untuk kebutuhan bahkan setelah diterima di tempat baru sekalipun. Gak mungkin gajinya turun di awal ya, kan? So, uang tabungan ini akan membantu kebutuhan kalian di awal-awal setelah resign.

Jika kalian memutuskan untuk wirausaha seperti yang saya lakukan, uang tabungan ini akan memiliki andil sangat besar sekali karena sebagai modal membangun usaha. Oleh karena itu, jangan foya-foya di hidup yang sementara ini ya. Sesekali boleh lah selama masih di jalan yang benar 😅

Bersahabat dengan Kata “RESIGN

Dari paparan saya panjang kali lebar di atas, kesimpulannya adalah bersahabatlah dengan kata resign. Jangan memulainya dengan amarah dan keterburu-buruan. Tak ada yang perlu ditakutkan jika memang semua sudah direncanakan dengan matang dan sesuai kebutuhan.

Semua akan indah pada waktunya, dan semua akan resign pada saatnya.

Jika kalian ingin berbagi pengalaman atau keluh kesah tentang kebingungan mengambil keputusan tentang resign, bisa kalian tuliskan di kolom komentar ya. Tentu kolom komentar tetap saya filter sehingga komentar yang tidak etis dan tidak berkaitan tidak akan bisa muncul. Namun, jika komentar dari orang lain tersebut sama-sama membangun, akan saya setujui untuk tampil agar bersama-sama membentuk pribadi yang baik 😀

Bagikan:
0 0 votes
Rating Artikel
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Umpan Balik Sebaris
Lihat semua komentar