[Skripsi Terdokumentasi] Polesan Teori, Kompetensi, dan Jati Diri yang Terkombinasi

Bagikan:

Kalian pernah lihat kan meme gambar tentang skripsi di bawah ini terutama yang dari Kartun Ngampus?? Kalau yang sebelah kanan itu hasil jepretan handphone, penyemangat buat diri sendiri 😀

Man of Skripsi Kartun Ngampus
Copyright ada di Kartun Ngampus

Bagi mahasiswa tingkat akhir, meme tersebut tidaklah asing. Yup, mahasiswa tingkat akhir identik dengan mahasiswa yang bergelut dengan kewajiban terakhirnya sebagai syarat kelulusan baik itu Tugas Akhir (TA), skripsi, dan sejenisnya. Berhubung penulis alam proses menuju sarjana, di sini akan ditulis skripsi aja ya 🙂

Oke….lanjut. Jika pada waktu SMP dan SMA kita mengenal momok yang dulu bernama Ujian Nasional, di perkuliahan tak jarang mahasiswa menganggap skripsi sebagai momok baru mereka. Di belakang momok ini, banyak sekali pengikut yang memberatkan mahasiswa untuk mengerjakannya dan salah satu tantangan terbesar semua orang adalah rasa malas. Nah….di sini penulis ingin berbagi hal-hal yang penulis rasakan selama “nykripsi” berserta sedikit tips di dalamnya.

O, iya….artikel ini dibuat berdasarkan pengalaman pribadi penulis ya sehingga secara spekulasi akan berbeda pada masing-masing diri. Namun, setidaknya sharing yang penulis ceritakan dalam artikel ini bisa menjadi trik dan tips bagi temen-temen mahasiswa.

  1. Judul/Topik
    Judul merupakan landasan bagi arah jalannya skripsi yang akan kita lakukan. Pada dasarnya, judul diperoleh dari hasil analisis kebutuhan (need assessment) yang telah kita lakukan ataupun kita lihat dari sekeliling kita. Judul bisa diperoleh ketika mahasiswa melakukan PPL, KKN, atau di mana sajalah yang selanjutnya dilihat oleh mahasiswa sebagai problematika. Dengan menuliskan judul/topik, itu berarti kalian sudah mengawali skripsi kalian. Menurut penulis, lebih sulit melanjutkan daripada mengawali karena melanjutkan itu butuh konsistensi layaknya sebuah kisah cinta #halah #kidding :)Diusakan dalam mencari judul adalah gagasan/inovasi baru yang belum pernah ada sebelumnya. Dalam arti belum pernah di-skripsi-kan oleh kakak kelas. Yah walaupun memang belum taraf S2 sih, tapi apa salahnya kalau menumbuhkembangkan pemikiran baru. Akan lebih bangga pastinya kalau gagasan baru tersebut bisa bermanfaat bagi dunia pendidikan. Dulu, Gus Dur (Abdurrahman Wahid) semasa kuliah bersama teman-teman beliau juga memperjuangkan hal baru bagi kebangkitan pemikiran Islam. Itu tadi sedikit cerita dari membaca buku Biografi Gus Dur – Authorized Biography of Abdurrahman Wahid.

    Buku Biografi Gus Dur
    Buku Biografi Gus Dur

    Nah, dalam memilih judul pun seharusnya kita bercermin pada kompetensi yang kita miliki. Oleh karena itulah artikel ini berjudul “Polesan Teori, Kompetensi, dan Jati Diri yang Terkombinasi”. Teori yang sudah kita peroleh selama proses belajar mengajar di kampus hendaknya telah membekali diri kita dengan kompetensi sesuai dengan yang diharapkan dari jurusan. Namun, apakah kalian dapat menyerap semua kompetensi tersebut? Kalau ada, kalian mahasiswa yang keren. Terus laksanakan seperti itu.

    Ehhh…bagi yang kuliahnya suka bolong-bolong termasuk nitip presensi, jangan kecil hati. Penulis juga mahasiswa biasa, punya rasa ingin seneng-seneng termasuk bolos dan nitip presensi (jangan ditiru ya, hanya untuk orang-orang profesional haha). Manusia memang ditakdirkan unik setiap individu dan itu adalah kekuasaan Sang Khaliq yang patut disyukuri. Coba kalian bayangkan kalau semua orang di dunia ini pinter seperti Enstein sehingga tidak ada Newton dan Thomas Alva Edison. Siapa yang akan menemukan hukum Newton dan listrik? Everybody’s unique, guys 🙂

    Tips memilih judul bagi kalian yang juga seperti penulis sebagai manusia biasa adalah jika kalian memiliki potensi di luar kemampuan akademik, cobalah kaitkan potensi tersebut dengan kawasan akademik sehingga judul/topik kalian tidak melenceng jauh dari kawasan jurusan. Ambil contoh misal kalian adalah mahasiswa administrasi perkantoran, tetapi punya bakat di bidang programming. Cobalah ambil judul/topik pengembangan aplikasi untuk mempermudah pengadministrasian kantor. Di sini, penulis masuk di jurusan ke-TP-an yang merupakan jurusan kependidikan hehe. Penulis juga gak pinter-pinter amat selama kuliah. Ngantuk di kelas, nitip presensi, ambil jatah 25% tidak hadir itu hal biasa – jangan dibilangin dosen ya hehe. Skripsinya (semoga lancar – amin) tentang pengembangan multimedia pembelajaran.

    Ada kutipan lucu nih dari temen-temen mahasiswa pas masang personal message (PM) di BBM. “Kuliah empat tahun dan ujung-ujungnya disuruh mencari masalah”, hahaha. Kalau dipikir-pikir bener juga, tetapi itu bukan berarti melemahkan kita dalam nykripsi. As you know, it’s joke 😀

  2. Dosen Pembimbing
    Pemberian sistem dosen pembimbing di jurusan penulis adalah walaupun kebanyakan sesuai dosen wali masing-masing, tetapi ada juga yang menyesuaikan kompetensi dari dosen yang bersangkutan. Jadi gini, masing-masing dosen tentunya juga memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Di jurusan penulis, ada dosen yang jago di kurikulum, media, dan sebagainya. Nah, semisal jika ada mahasiswa yang dosen walinya jago di kurikulum dan mahasiswa tersebut mengajukan judul/topik tentang media, si dosen wali diperbolehkan menggandeng dosen yang ahli media untuk menjadi partner-nya dalam memberikan bimbingan ke mahasiswa tersebut. Paling nyaman kalau dosennya boleh memilih sendiri sesuai kehendak. Eh, tapi jangan salah. Jikalau diperbolehkan memilih dosen pembimbing sendiri, mungkin yang paling banyak dicari mahasiswa adalah dosen yang gak begitu detail dalam bimbingan biar cepet selesai dan cepet lulus. Iya kan?? Iya apa enggak?? Engga?? Gak salah?? :DJikalau kalian memilih dosen sendiri, hendaknya juga melihat kompetensi dosen dan testimonial dari kakak kelas kalian. Coba sesekali jagongan dengan temen-temen atau kakak kelas untuk membincangkan hal tersebut. Saran dari penulis, carilah dosen yang detail dan teliti dalam bimbingan. Walaupun sedikit menyusahkan, entah itu sering revisi lah, apa lah, tetapi kalau memang itu benar ya patut kita lakukan. Dalam persepsi penulis, nykripsi adalah kesempatan utama untuk menggali ilmu dan ide lebih banyak ketika sering bertemu dan bergaul dengan dosen secara lebih intens. Hal tersebut akan membentuk inner beauty dari kepribadian dan otak kalian serta jati diri kalian. Apalagi kalau yang ingin melanjutkan studi S2, di luar negeri pula (penulis banget – doain ya). Walaupun sudah zaman modern di mana ada email, sms, WA, BBM, chat, dan lain sebagainya, usahakan dalam bimbingan selalu lakukan tatap muka untuk menghindari miskomunikasi dan ketidakpahaman istilah yang digunakan dosen. Tatap muka juga terasa lebih humanis karena tanpa disadari skripsi juga berpengaruh pada emosional loh, apalagi kalau bimbingannya sering revisi 😐
  3. Perlukan Lulus Cepat?
    Kalau kalian sudah mantap dengan diri dan kompetensi kalian serta rencana kalian setelah lulus, jawabannya adalah “Ya”. Akan tetapi, jika sebaliknya mungkin ada baiknya jawab dulu “Belum”. Persiapkan diri dan kompetensi kalian setelah lulus karena dunia luar sepertinya semakin tak berperasaan setelah lulus di mana kalian harus menjadi manusia yang mandiri dan sebagainya.Lalu, kapan harus siap lulus? Apakah harus menunda lulus sampai semester tua dan punya pekerjaan? Jangan, luluslah tepat waktu karena penundaan hanyalah membuang sisa hidup. Selain itu, ketika melamar pekerjaan, mungkin ada beberapa instansi yang melihat detail berapa semester kalian kuliah. Pemoloran semester akan mengurangi kredibilitas kalian. Bisa saja dicap malas dan sebagainya sesuai persepsi instansi walaupun sebenarnya kalian molor karena hal tertentu (sakit parah, kerja yang mengharuskan cuti kuliah, dan sebagainya). Namun, dunia kerja tidak memandang hal tersebut. Itu adalah urusan pribadi kalian. So, yang instansi pandang adalah kalian harus sesuai yang mereka inginkan. Lulus tepat waktu adalah hal yang harus kalian usahakan.Rencanakan dengan baik-baik apa yang akan kalian lakukan setelah lulus. Jika ingin S2 di luar negeri, otomatis kalian harus mencicil kemampuan bahasa asing yang menjadi persyaratan seperti dengan sertifikat TOEFL dan sebagainya. Jika ingin bekerja terlebih dahulu, pastikan kemampuan kalian siap untuk melakukannya.
  4. Badmood, susah fokus, stress, gampang ngantuk, dan sebagainya
    Yup…ini adalah bagian dari awal mulanya muncul rasa malas. Carilah jalan sesuai kebiasaan kalian dalam mencari mood. Sebagai mahasiswa dan manusia dewasa, tentunya sudah banyak pengalaman menghadapi bad mood, susah fokus, dan sebagainya. Bahkan, penulis pun yang suka seperti itu. Penulis mengatasinya dengan main game (kebetulan penulis suka bikin dan main game hehe). Puaskan naluri kalian dalam menghilangkan rasa malas, badmood, dan susah fokus tersebut dengan melakukan hal-hal yang kalian sukai. Namun, jangan sampai terbawa kondisi terlena karena rasa nyaman yang berkepanjangan. Rasa nyaman menyebabkan ketidaknyamanan di belakangan loh haha.Atur waktu kalian dengan manajemen waktu yang baik sesuai diri kalian. Buatlah timeline (jadwal) kapan kalian harus melakukan sesuatu.

    Coretan Timeline Kegiatan
    Coretan Timeline Kegiatan

    Jika kalian stay di rumah (seperti penulis), tambahkan juga jadwal jika memang ada aktivitas rutin membantu orang tua sehingga kalian juga dapat membantu kedua orang tua. Ingat, keluarga dan orang tua adalah hal yang juga berharga. Jika menjadi anak kos lebih nyaman menurut kalian, bentuklah ruang kos yang nyaman untuk nykripsi dan jadwal kegiatan kalian. Usahakan ikuti apa yang sudah kalian jadwalkan. Perlu diperhatikan juga, jangan membuat jadwal yang full kegiatan sehingga kalian tidak memiliki waktu refreshing. Masih ingat SKS (sistem kebut semalam) selama menjadi mahasiswa kan? Yup, tentunya kalian sudah tau dampaknya. Berilah waktu senggang untuk istirahat – kalau penulis ya ngegame Clash of Clans hihi. Sedikit-sedikit dalam kegiatan yang berkesinambungan akan lebih baik daripada kebut-kebutan.
    Jika kalian pengguna smartphone, jangan ragu untuk memanfaatkan smartphone kalian dengan aplikasi pengingat kegiatan seperti Evernote dan sebagainya. Penulis juga sering melakukan hal tersebut – maklum uda tua, sering lupa kalau gak ada catatan haha. Namun, jika kalian lebih nyaman menggunakan kertas, tentu saja bikin timeline kalian dengan kertas/buku.

Demikian yang bisa penulis tuliskan berdasarkan pengalaman skripsi pribadi. Semoga bisa bermanfaat dan lulus seperjuangan secara bersama-sama. Masuk seangkatan bersama, masa lulus gak bersama? Ganbatte, kawan 😀

Bagikan:
0 0 votes
Rating Artikel
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Umpan Balik Sebaris
Lihat semua komentar